MENGHADAPI PTM, SDMT GUNAKAN GE-NOSE

Share it:
 
Penggunaan GeNose diperagakan oleh salah satu tenaga pendidik dan kependidikan SDMT Ponorogo


PONOROGO - Dalam rangka menghadapi pembelajaran tatap muka (PTM), kini SDMT Ponorogo juga turut menggunakan GeNose untuk mendeteksi kesehatan guru dan siswanya. Sebelumnya di Ponorogo, SMK 2 PGRI sudah lebih dulu menggunakan alat ini.

GeNose merupakan alat deteksi Covid-19 buatan Universitas Gadjah Mada, yang kini telah digunakan di sejumlah stasiun dan bandara di tanah air untuk memeriksa calon penumpang. SDMT Ponorogo merasa perlu menggunakan alat deteksi ini sebelum siswa-siswinya mengikuti PTM. 

Menurut Kepala SDMT yang ditemui wartawan Seputar Ponorogo, Imam Saiful Bahri, bahwa penggunaan GeNose ini diperlukan untuk mencegah dan meminimalisir penyebaran Covid-19 di lingkungan sekolah. ”Kondisi pandemi tidak menentu, hingga benar-benar normal bisa membutuhkan waktu berbulan-bulan. SDMT sendiri jumlah siswanya mencapai lebih dari 800 orang. Jadi kita memerlukan alat deteksi ini.  Semoga bisa menambah rasa aman kita semua.“ Tandasnya.
Alat GeNose yang ditemukan dan sekarang mulai dimanfaatkan di dunia pendidikan untuk PTM, termasuk di SDMT Ponorogo



Awal bulan April ini GeNose sudah datang di SDMT dan segera digunakan bertahap untuk tenaga pendidik dan pegawai SDMT, sedangkan untuk siswa secara efektif akan digunakan mulai tahun pelajaran baru. Sekolah Dasar di Jalan Jagadan ini berencana mengadakan PTM di penghujung tahun pelajaran ini dengan kapasitas kurang dari 20%. Dari 812 siswa, baru memasukkan 140 siswa per hari. Hal ini sesuai dengan ketentuan Pemkab yang membatasi PTM maksimum 30% dari kapasitas.

Selain digunakan secara kolektif untuk guru dan siswa di awal tahun pelajaran, alat deteksi ini juga akan digunakan SDMT secara periodik atau untuk keperluan kasus-kasus tertentu.

Pengadaan GeNose ini dilakukan SDMT bekerja sama dengan Pesantren Putri Azmania yang juga berada di kelurahan Ronowijayan. Adapun ketika ditanya tentang biaya operasionalnya, Imam menjawab, “Untuk biaya pengadaan kita pakai dana swadaya, sedangkan untuk biaya operasional, nanti siswa cukup mengganti biaya plastik yang jauh lebih rendah daripada di pasaran," jelas Imam Saiful Bahri.

==***==

Sumber || Reporter:

Humas SDMT / Hindarto

Share it:

Pendidikan

Post A Comment:

0 comments: