Pecut.id--Tak lengkap bila jalan-jalan ke Yogyakarta namun tak main ke Malioboro. Seperti ini suasananya tatkala malam menjelang di era new normal.
Saat itu jam menunjukkan pukul 22.30 WIB. Lalu lalang pejalan kaki masih menghiasi Maliboro. Sekumpulan anak muda yang sedang menikmati waktunya saling bergantian mengambil foto dan tertawa dengan gembira. Tentu saja mereka mengenakan masker.
Era new normal memang mengubah semua hal. Untuk jalan-jalan menikmati langkah di Malioboro saja kita harus mematuhi protokol kesehatan. Namun, kita harus patuhi dan lakukan demi masa depan nanti kembali ke kondisi awal.
Saya pun memperhatikan kondisi sekitar. Para tukang becak pun mencoba mendekati beberapa wisatawan sembari menawarkan jasanya untuk mengantar. Begitu juga kepada saya ada yang menawarkan jasanya, namun saya menolak sembari mengucapkan terimakasih.
Yogyakarta memang telah membuka kembali pintunya untuk wisatawan, namun tentu saja menerapkan protokol kesehatan yang ketat. Menggunakan masker, rajin mencuci tangan dan tetap menjaga jarak adalah hal yang harus dilakukan di era new normal dimanapun kita berada.
Di sepanjang saya menikmati Malioboro saya menemui beberapa kali tempat mencuci tangan. Unik, gentong airnya dibungkus dengan batik. Menambah estetika Malioboro di era new normal ini.
Di sepanjang jalan juga ada petunjuk alias panah yang mengisyaratkan untuk berjalan satu arah. Serta kamu bisa melihat juga protokol kesehatan yang harus dipatuhi pejalan kaki yang ditulis di badan jalan.
Malam semakin menjelang, para pedagang pun mulai merapikan dagangannya. Para wisatawan pun juga mulai berangsur balik ke penginapan masing-masing.
Tangan-tangan mereka menenteng kantong belanja berisi batik dan bakpia. Kalau boleh menebak, wajah di balik masker itu pasti gembira karena bisa berbelanja di Malioboro di era pandemi ini. Siapa sih yang tak senang berbelanja, bukan?
Langkah kaki saya masih berlanjut. Terlihat para pedagang makanan berjejer di seberang tempat saya berdiri. Para wisatawan yang kelaparan di tengah malam datang mampir dan melihat menu. Bagaimana kelanjutannya? Saya tidak tahu karena saya melanjutkan perjalanan saya.
Berhentilah saya di depan Pasar Beringharjo, pasar yang sangat terkenal dan begitu ikonik dengan Malioboro. Pasar yang juga selalu menjadi incaran wisatawan untuk berbelanja batik dengan harga yang membuat tersenyum bahagia.
Jam saya pun menunjukkan pukul 23.15 malam dengan waktu bagian barat. Jalanan semakin sepi, lapak-lapak pedagang batik pun sudah terbungkus terpal. Angin pun semakin leluasa melewati Malioboro karena tak ada lagi yang menghalangi desirannya.
Setleah menarik nafas dalam, saya berdoa kepada Tuhan. Cepatlah pandemi ini berakhir supaya kita bisa kembali saling berinteraksi seperti dahulu kala. Saling melempar senyum dengan memamerkan gigi dan bibir yang dipenuhi remahan bakpia. Saya rindu momen itu.
Tetap jaga kesehatan dan patuhi protokol kesehatan ya traveler.
==***==
Sumber || Reporter:
Detik Travel
(sym/ddn)
Post A Comment:
0 comments: