Kehidupan bagai roda yang terus berputar. Terkadang roda itu berada di atas dan juga di bawah. Kehidupan bak misteri yang sulit untuk ditebak. Dalam hidup tak jarang pasti ada hantaman ujian yang tak terduga. Namun pasti ada hikmah dibalik cobaan. Sebuah kisah insipratif yang lahir dari ketegaran serta ketabahan seorang pria berasal dari sebuah desa dengan julukan Banjur Krasan. Berada di Desa Joresan Mlarak Ponorogo.
Wasis Fajar Auladi lebih akrab di sapa Aul, Pria kelahiran Ponorogo 24 tahun silam ini merupakan mahasiswa tingkat akhir di salah satu perguruan tinggi di Yogyakarta. Disaat dia sedang berjuang menyelesaikan pendidikan S1 hantaman badai ujian pun datang. Tak ada yang menyangka bahkan dirinyapun tak pernah mengira hal ini. Bulan Juli menjadi bulan terberat baginya. Bagaimana tidak, di tengah ia sedang merantau serta berpisah jauh dari keluarga untuk menuntut ilmu . Tiba-tiba suatu hari di bulan Juli dia mendapatkan kabar duka bahwa ayahnya meninggal.
Setelah hasil swab keluar almarhum dinyatakan positif corona. Ayah yang disayanginya harus dipanggil kepangkuan sang Ilahi. Berjuang keras di tengah Covid 19 mencari nafkah untuk keluarga. Namun perjuangan ayahnya harus terhenti. Ketika itu Aul mencoba tegar dan selalu menyemangati ibu serta kedua adiknya yang harus diisolasi akibat Covid 19. Perhatiannya dia curahkan untuk ibu serta kedua adikknya. Sampai suatu hari ketika mengantar surat yang berisikan bahwa dia dan adik bungsunya di rumah baik-baik saja kepada sang ibunda yang tengah di isolasi disalah satu rumah sakit swasta di Ponorogo. Namun takdir berkata lain, sebelum membaca surat darinya ibunya telah berpulang kepangkuan sang Ilahi.
Kacau, sedih teramat dalam mengampirinya. Genap sepekan sang ayah meninggal kini orang yang menjadi cinta pertamanya harus menyusul kepangkuan sang Ilahi. Sebelum orang tuanya meninggal ada beberapa firasat yang ia rasakan, salah satunya ketika hari raya Idul Fitri kedua orang tuanya mengujungi di Yogyakarta. Pada saat itu dia merasakan ada kedekatan yang luar bisa dengan mendiang kedua orang tuanya.
Dia sempat berkata saat di video call dengan mendiang kedua orang tuanya,“ Yah, buk Aul ingin cita-citanya setinggi langit, aku gak mau hanya sukses di dunia saja, tetapi aku ingin juga sukses di akhirat dan kelak kita bisa berkumpul di surge ”Ujarnya. Tak pernah menyangka bahwa itu adalah firasat sebelum kepergian kedua orang tuanya. Orang tua yang menjadi panutannya serta sosok figure orang tua terhebat kini telah tiada. “Ibu adalah sosok teman curhat serta perempuan terhebat dan bapak sosok lelaki pekerja keras dan rajin beribadah” Ujarnya. Kini dia menjadi tulang punggung keluarga serta figure orang tua bagi kedua adiknya. Perjuangan dia adalah meneruskan amanat orang tuanya untuk melindungi, mendidik dan mengantarkan adik-adiknya hingga sukses.
Dukungan dari keluarga, teman serta tetangga dekat itulah yang membuat ia kembali bersemangat menatap masa depan. Menjalani hari-hari bersama kedua adiknya. Di mata keluarga Aul merupakan sosok yang rajin, pintar, sabar dan dewasa.
Aul juga sosok yang berprestasi banyak penghargaan yang dia peroleh. Salah satunya masuk final lomba esai dan video yang mengantarkan dia sampai kenegeri sakura Jepang. Serta masih banyak lagi pengalaman yang ia peroleh. Aul juga merupakan alumni Pondok Modern di Jawa Timur. Kini adik bungsu telah kembali ke Pondok di Jawa Timur setelah di nyatakan negatif. Sementara adik keduanya kini pulang ke rumah dan kondisinya membaik.
“Semakin banyak pujian dan ujian (cemooh), semakin menguatkan diri kita untuk menggapai apa yang kita impikan. Dan disetiap peristiwa pasti ada hikmah yang harus kita jemput” Ujar Aul. Keluarga berharap Aul bisa segera menyelesaikan pendidikannya dan dapat sukses bersama kedua adik yang amat dia cintai.
==***==
Reporter:
Haristin Vindi Astuti
Post A Comment:
0 comments: